Trust dan Komunikasi
Dalam dunia bisnis, bisnis apapun itu, hal paling utama adalah “trust”.
Dan dalam membangun trust, hal paling utama adalah “komunikasi”.
Banyak yang heran ketika aku bekerja di dunia perbankan. Padahal basic pendidikanku adalah perencanaan tata ruang. Ceritanya sungguh panjang yang bisa aku simpulkan menjadi sebuah “kebetulan”. Tapi bukan sebuah kebetulan ketika aku memutuskan untuk melanjutkan “kebetulan” yang telah terjadi ini.
Aku disini bukan bekerja, tapi belajar. Karena itulah, ketika orang-orang menghindari divisi kredit, aku justru senang berada di jalur ini. Karena jika aku bukan disini, aku akan menjadi seorang pekerja, bukan pembelajar. Aku tak tahu apakah aku akan terus disini atau aku akan lelah belajar, tapi kuharap segala yang kupelajari dapat membuat garis tangan hidupku yang lebih indah lagi.
Hari ini aku belajar tentang trust dan komunikasi. Pertama, aku bertemu dgn Pak Heri, owner dan CEO sebuah perusahaan outsourcing. Beliau adalah gambaran perpaduan dan sinkronisasi antara garis tangan dan kerja keras seorang anak manusia. Bagaimana beliau membangun sebuah anak perusahaan yang telah collapse yang diberikan kepadanya dengan modal berupa hutang, bagaimana beliau membangun relasi dan networking, dan bagaimana keberanian beliau menerima tantangan yang ada, saya pikir tak akan saya pelajari jika saya tidak berada di tempat saya berada.
"Bukan seberapa dekat, tapi seberapa sering," adalah rumus komunikasi yang saya pelajari dari beliau.
Kemudian saya bertemu dengan debitur dari RM Pendamping saya yang akan melaksanakan penandatangan kerjasama kredit. Tidak seperti pertemuan dengan Bpk. Heri, dengan klien yang kedua, pertemuan sempat tegang karena ternyata terjadi kesalahpahaman antara RM dengan debitur. Saya selaku anak OJT berupaya menengahi namun tak ingin terlalu terlibat karena saya tak tahu apa yang terjadi pada pertemuan sebelum-sebelumnya diantara mereka dan kali ini saya hanya menemani sang RM menemui debitur ybs. Untunglah akhirnya tercapai kesepakatan diantara keduanya.
Dari situ saya belajar bahwa sekali kamu salah dalam berkomunikasi, maka kamu akan kehilangan sebuah "trust". Tidak peduli seberapa sering kamu berkomunikasi, yang paling penting adalah kamu memahami maksud/kebutuhan orang yang kamu ajak berkomunikasi.
Tuhan menciptakan puzzle-puzzle berupa "kebetulan" untuk kita susun menjadi sebuah gambar mozaik yang indah.
Dan hari ini adalah satu dari sekian puzzle yang saya temukan.
Komentar
Posting Komentar