Review dan Sinopsis Novel “Origin” Karya Dan Brown
Hanya butuh waktu lima hari untuk bisa menamatkan buku ini. Untungnya pekerjaan saya tidak begitu banyak. Dan meskipun banyak, saya pasti tetap tidak akan bisa untuk tidak tergoda melanjutkan kisah yang harus saya tuntaskan dalam lembaran-lembaran buku ini.
Jujur saja ada sedikit perasaan kecewa sekaligus bangga dengan novel karya Dan Brown kali ini.
Bagian yang mengecewakan adalah saya merasa analisis-analisis Dan Brown kali ini kurang setajam karya-karya sebelumnya. Begitupun dengan teka-teki yg ada. Menurut saya tidak begitu sulit untuk dipahami dan dipecahkan. Juga adegan2 yg ada tidak sebegitu menegangkannya untuk memicu adrenalin saya dalam membacanya.
Endingnya pun sedikit mudah tertebak dan ternyata tebakan saya benar.
Bagian yang membuat bangga tentu saja gaya Dan Brown dalam bercerita tetap saja mengagumkan, memainkan emosi pembacanya secara cepat dan menampilkan tipuan2 yg mampu membuat kita tersenyum takjub.
Tema spesifik yg coba diuraikan dalam buku ini juga luar biasa.
“Darimana asal kita? Kemana kita akan pergi?”
Merupakan pertanyaan tentang penghidupan dan pertanyaan yang kerap kali membuat saya terlarut saat berpikir hingga kehilangan diri saya sendiri.
Banyak yang bilang Dan Brown terlalu menonjolkan sisi ateis dalam buku2nya
Tapi bagi saya, beliau hanya mencoba menguraikan fakta-fakta atau mungkin asumsi-asumsi ilmiah versi Dan Brown tentunya tanpa mendiskreditkan agama tertentu juga golongan tertentu.
Fakta2 yang disampaikan adalah fakta2 yg bisa dinalar secara logika meski saya juga tidak bisa bilang semua itu sebagai kebenaran mutlak, karena tak ada kebenaran mutlak di dunia ini.
Bagian paling favorit bagi saya dlm buku ini adalah ketika Langdon berkata, “.........tidak seorang pun bertanya, jika hukum fisika begitu hebat sehingga dapat menciptakan kehidupan, siapa yang menciptakan hukum-hukum fisika tsb?” -Hal 469-
Kenapa itu menjadi bagian favorit saya?
Karena saya telah menantikan pertanyaan tersebut sampai dengan halaman 468. Sebagai manusia berpikir, tentunya pertanyaan itu adalah pertanyaan dasar yg akan kita utarakan, jika kehidupan berasal dari hukum fisika, maka siapa yg menciptakan hukum itu?
Untungnya saya merasa lega, karena Prof Langdon mengajukan pertanyaan sama seperti yang saya tanyakan.
Dan ini membuat saya sadar bahwa saya mungkin memang fans berat Dan Brown atau saya ternyata bukan fans beratnya karena saya sempat meragukannya. Haha setidaknya sampai hal 468 :)
Saya melihat dlm novel ini, Dan Brown mencoba untuk memberikan opsi2 atas pertanyaan : “Darimana asal kita? Kemana kita akan pergi?” untuk kita pilih dan simpulkan sendiri jawabannya melalui deduksi-deduksi yang ia sampaikan tanpa menggiring opini kita. Dan itulah yang sangat saya hargai. Setidaknya itu yg saya alami saat membaca novel ini.
Dari situ bisa saya simpulkan bahwa Dan Brown mencoba membuat kita bisa berpikir untuk menerima semua perbedaan, bahwa segala hal bisa menjadi benar jika kita berpikir dengan cara yang berbeda. Tinggal kita memilih untuk percaya pada hipotesis atau premi yang mana untuk membuat kesimpulan kita sendiri.
Kebenaran bergantung dari sudut pendangmu dalam melihatnya.
Kamu hanya perlu memutar sudut pandangmu untuk melihat atau hanya sekedar memaklumi kebenaran org lain. Dengan demikian, tidak akan ada pertentangan dan perselisihan utk hal2 atas dasar kebenaran.
Mungkin kira-kira itu pesan yang hendak Dan Brown sampaikan dan menurut saya telah tersampaikan melalui karyanya ini.
Buku ini mungkin bukan karya terbaik Dan Brown tapi buku ini tetap worth it untuk dibaca. Malah sangat layak.
Buku ini mungkin bukan karya terbaik Dan Brown, tapi buku ini tetap luar biasa. Jangan takut dengan isu yang dibahas seputar agama.
Buku ini tidak akan menggoyahkan keyakinanmu atas Tuhan, alih2 memperdalamnya.
Saya kira buku ini mencoba memberi gambaran dan pandangan Dan Brown terkait isu2 sosial yg berlangsung sejak terciptanya agama hingga sekarang.
Amat disayangkan ternyata manusia tak berubah sejak ribuan tahun yang lalu yang membuat saya berpikir ah apa benar evolusi itu ada wkwkwk
Dan Brown tidak secara emplisit berbicara tentang benar ataupun salah. Beliau juga tidak mencoba utk menjabarkan kebenaran versinya apalagi memaksakannya. Hebatnya, ia mencoba untuk menyelaraskan keberagaman, mengajak pembacanya untuk menghargai perbedaan dengan menjabarkan sebuah penelitian ilmiah terkait perbedaan berikut paradoks-paradoksnya.
Penggemar serial “Para Pencari Tuhan” tentu tidak asing dengan pertanyaan ini, “kenapa Tuhan menciptakan perbedaan?”
Saya rasa Tuhan menciptakan perbedaan bukan untuk membuat kita terpecah belah.
Tuhan ciptakan perbedaan agar kita bersatu. Karena jika tidak ada perbedaan maka tidak akan pernah ada kata “persatuan” bukan?
Itu pendapat saya. Bisa benar juga bisa salah tergantung dari sudut pandang Anda juga sudut pandang saya :)
Hal lain yang sangat saya suka dari novel ini, atau mungkin juga karya-karya Dan Brown yang lain adalah, bagaimana ia menciptakan sebuah karya yang kompleks, sarat akan nilai sastra, seni, teologis, pengetahuan dan cinta.
“Cinta berasal dr dimensi lain. Kita tdk bisa begitu saja menciptakannya. Tidak pula kita bisa melenyapknnya ketika ia muncul. Cinta bukan pilihan yg kita buat.”
“Cinta bukanlah emosi terbatas. Kita tidak hanya memiliki sedikit cinta untuk dibagi. Hati kita menciptakan cinta sebanyak yang kita butuhkan.”
Mungkin tak ada karya yang tak indah jika bertemu dengan kata cinta. Novel ini bukan novel romansa, tapi mampu menghadirkan nuansa romantisme dan definisi cinta secara pas sesuai porsinya.
Dan saja tak ada yg bisa menggambarkan seni sebegitu indahnya hanya dengan uraian kata-kata seperti yang dilakukan Dan Brown seolah kita berada disana dan melihat secara langsung. Saya jatuh cinta pada seni sculpture sebelum berkenalan dengan Dan Brown. Dan beruntungnya di novelnya ini banyak diulas karya-karya seni yang membuat saya takjub. Di lain waktu semoga bisa merangkum karya-karya seni yang ditampilkan dalam novel ini. Buat Anda yang juga penggila seni, tentu saja saya mewajibkan Anda membaca novel ini.
Sedangkan pengetahuan? Tak perlu diragukan betapa pintarnya penulis satu ini. Hingga saya hanya bisa berkata, terima kasih Dan Brown telah menambah ruang-ruang di sela-sela sel otak saya.
Komentar
Posting Komentar