CARA MENARIK HATI GEN Z



Pernahkah Anda merasa tidak mampu memahami atau merasa kesulitan mengatasi anak Anda ataupun adik Anda yang lahir di rentang tahun 1997-sekarang atau yang disebut sebagai Gen Z? Setiap generasi memiliki karakteristik yang berbeda karena perubahan zaman yang terjadi di masing-masing era juga berbeda. Sehingga pendekatan untuk masing-masing generasi juga berbeda.
Untuk mampu menarik hati Gen Z maka kita perlu memahami karakteristik mereka. Saya melewati proses pengamatan kurang lebih 10 tahun untuk memahami cara menarik hati Gen Z. Saya akan menjelaskannya secara ringkas. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menarik hati Gen Z :


  1.  Gen Z tidak suka diatur
Beberapa gen Z, terutama laki-laki tidak senang diatur. Bahkan dalam bermain sekalipun. Mereka suka untuk menentukan sendiri permainan apa yang hendak mereka mainkan. Karakter ini melekat hingga mereka dewasa. Mereka suka memutuskan sendiri keputusan-keputusan dalam hidup mereka, bahkan keputusan-keputusan kecil sekalipun, seperti model dan merk pakaian dan sepatu yang akan mereka beli, destinasi liburan dll.
Sejak mereka masih kecil, mereka sudah terbiasa untuk memutuskan semua itu sendiri. Berbeda dengan generasi diatas mereka yang saat kecil, orang tua merekalah yang lebih banyak memutuskan hal-hal tersebut untuk mereka. Generasi sebelumnya biasanya akan langsung menerima apa yang diberikan oleh orang tua mereka saat mereka masih kecil.
Generasi Z tidak demikian. Mereka akan memutuskan sendiri hadiah seperti apa atau barang apa yang akan diberikan kepada mereka. Maka ketika mereka diberi hadiah, ada baiknya menanyakan pendapat mereka terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memberi. Begitulah cara mendekati Gen Z. “Biarkan mereka memutuskan.”
Namun jika Anda tidak suka dengan keputusan mereka, cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan memberi mereka beberapa alternatif disertai alasan-alasan logis dan sekali lagi biarkan mereka meilih. Tak perlu khawatir, kelebihan Gen Z adalah mereka mampu bersikap terbuka dan menghargai pendapat ataupun perbedaan. Selama Anda tidak memaksakan kehendak Anda kepada mereka, maka mereka pun akan menghargai pendapat Anda. Jangan langsung memutuskan apa yang baik untuk mereka tanpa menanyakan pendapat mereka.


  1. Gen Z bergantung pada teknologi
Dikutip dari Forbes, generasi Z tidak pernah mengenal dunia tanpa teknologi, tanpa telepon pintar dan media sosial. Hal-hal tersebut lebih mendarah daging bagi generasi Z daripada generasi milenial. Bahkan seorang Gen Z yang masih berumur 3 tahun telah bisa menggunakan telepon genggam lebih baik daripada orang dewasa kebanyakan. Memori otak mereka mampu merekam visual lebih baik dari orang dewasa.
Jangan menjauhkan teknologi dari mereka. Kebanyakan orang dewasa berpikir tidak baik seorang anak mengenal teknologi sejak dini. Jika anda berpikiran seperti ini, Gen Z tidak akan nyaman dengan Anda. Lagi-lagi, resep dari saya “Biarkan mereka!” Tapi bukan berarti Anda tidak bisa mengontrolnya. Anda tetap wajib mengawasi mereka. Pergunakan teknologi yang sangat mereka sukai sebagai alat bantu Anda dalam mendidik mereka. Dengan cara misalnya, mendownload video-video kartun berbahasa inggris untuk membiasakan mereka berbahasa inggris sejak dini, mendownload game-game stimulan untuk otak, dll.  


  1. Cara Terbaik Adalah Memberi Contoh
Jangan sekali-kali menasehati Gen Z dengan nasehat yang tidak pernah Anda lakukan atau nasehat yang selalu Anda langgar sendiri. Saya pernah menasehati adik saya, “Dek, kamu jangan ………” Then he said, “Kakak kan juga pernah begitu.” Gen Z adalah pribadi yang kritis. Mereka tidak suka diperlakukan tidak adil. Dengan menasehati mereka untuk tidak melakukan sesuatu yang Anda sendiri lakukan, artinya Anda bersikap tidak adil pada mereka.
Cara menasehati terbaik bagi Gen Z adalah dengan memberikan mereka contoh yang baik. Mereka suka meniru, dan mereka akan meniru Anda. Ajak mereka melakukan hal-hal yang baik bersama-sama. Misalnya dengan olahraga bersama, membaca buku bersama, dll. Dengan begitu Anda akan mampu menarik hati Gen Z.


  1. Beri mereka kepercayaan.
Orang tua kerap kali melarang anak mereka untuk melakukan ini dan itu.  Saya yakin tentu bukan berarti mereka tidak percaya pada anak mereka. Namun karena pengalaman-pengalaman mereka, orang tua kerap lebih banyak mengatur agar sang anak tidak merasakan hal serupa ataupun dapat menjalani kehidupan dengan baik seperti mereka. Semata-mata karena kasih sayang mereka.
Namun seorang anak akan beralibi bahwa zaman telah berbeda. Dan orang tua mau tak mau memang harus mengakuinya. Orang tua tidak akan bisa memaksa seorang anak untuk mematuhi mereka dengan alasan bahwa mereka lebih berpengalaman. Gen Z tidak suka digurui. Berilah mereka kepercayaan meskipun sulit bagi Anda untuk mempercayainya. Seorang anak yang merasa diberi kepercayaan oleh orang tua mereka cenderung akan lebih bertanggung jawab ketimbang anak yang diberi batasan. Karena mereka tidak ingin mengecewakan kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka. Mereka juga menghargai kepercayaan Anda.


  1. Biarkan mereka gagal
Setiap orang memiliki jatah gagal. Biarkan mereka menghabiskan jatah gagal mereka selagi mereka muda. Biarkan mereka menjalankan keputusan mereka dan belajar bertanggung jawab atas keputusan yang telah mereka buat sendiri. Kadang kala kita tahu bahwa mereka tidak akan berhasil melakukan sesuatu dengan cara mereka. Biarkan saja. Saat mereka merasakan kegagalan itu sendiri, setidaknya mereka tahu apa yang salah dan apa yang harus diperbaiki. Setelah proses kegagalan mereka, mereka akan lebih respek dan welcome pada nasehat-nasehat Anda karena mereka tidak ingin mengulangi kegagalan yang sama. Tidak seperti sebelumnya, mereka akan mendengarkan tanpa Anda harus meminta bahkan kadang mereka sendiri yang akan menanyakan pendapat Anda dan mereka akan belajar dengan baik.

Beberapa hal diatas adalah cara yang bisa Anda lakukan untuk menarik hati Gen Z. Artikel ini bukan berdasarkan penelitian ilmiah dan hanya didasari pada pengalaman saya yang memiliki tiga orang adik yang ketiganya merupakan Gen Z dan pengamatan saya saat kerap menjadi baby sitter bagi beberapa anak yang juga merupakan Gen Z di lingkungan saya ketika orang tua mereka pergi bekerja. Dan pengalaman saya “berteman” dengan para Gen Z selama kurang lebih sepuluh tahun tersebut membuat saya percaya diri untuk membuat artikel cara menarik hati Gen Z. Sehingga, jika ada hal-hal yang kurang berkenan atau kurang sesuai dengan kondisi Anda, silahkan Anda lebih bijak menanggapinya. Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review dan Sinopsis Drama Thailand “O-Negative” Series

Trust dan Komunikasi